Pada tulisan ini,saya akan membahas tentang suasana dan keadaan salah satu desa di KAlimantan Tengah yaitu Buntut Bali.
Buntut BAli adalah sebuah desa kecil yang terletak di Kalimantan tengah yang untuk mencapai kesana kita harus naik getek(perahu kecil) dan melewati sungai KAtingan.Perjalanan di tempuh sekitar 1 jam setengah dari pelabuhan Kasongan. Waktu itu saya pergi kesana saat umur saya 9 tahun,ya sekitar kelas 4 SD. Itu pertama kalinya saya ke Pulau Kalimantan dan ke Desa Buntut BAli kampung halaman almarhum kakek saya. Perjalanan ke Buntut BAli menjadi perjalanan yang menyenangkan sekaligus menyeramkan. Karena pertama kalinya saya menaiki perahu kecil(getek) yang jarak dengan permukaan sungai sangat dekat sekali dan katanya banyak buaya di sungai itu hiiiii.... menyeramkan..tp untungya selama perjalanan tidak terjadi apa-apa :D. Setelah sampai, saya melihat banyak wanita baik ibu-ibu atau anak-anak yang memakai sesuatu bubuk putih di wajahnya,seperti masker. Ternyata itu adalah bedak dingin. Orang-orang di desa tersebut terbiasa menggunakannya untuk mendinginkan wajah mereka.
Setelah itu saya diajak almarhum kakek saya juga keluarga yang lain untuk mengunjungi rumah saudara kakek saya dan menginap disitu selama 2 hari 1 malam. HAri pertama,Saya merasa sangat tidak nyaman,mungkin karena belum terbiasa tinggal di rumah panggung,mandi di tempat terbuka,dan penerangan rumah juga jalanan yang kurang memadahi. Di hari itu kami hanya menghabiskan waktu berkumpul dengan saudara dari kakek saya yang tinggal di desa itu.Tapi di satu sisi itu adalah pengalaman yang seru.Lalu keesokan harinya saya diajak untuk berkeliling desa dan sempat melihat rumah-rumah kecil yang digantung dibeberapa tepi jalan di desa tersebut. Dan ternyataa...itu adalah tempat sesajen bagi para leluhur yang memang menjadi tradisi desa Buntut Bali hiii menyeramkan...Orang-orang di Buntut Bali memang masih menganut
anim
isme,yaitu percaya pada nenek moyang. Dan memang beberapa keluarga dari kakek saya yang tinggal di desa Buntut Bali masih menganut kepercayaan tersebut. Dan tak lama setelah itu,siang menjelang sore kamipun kembali ke Kota PAlangkaraya ke rumah almarhum kakek saya. KAmi menghabiskan waktu sekitar 5 hari di KAlimantan lalu kembali ke Jakarta. Itu adalah penglaman yang seru mengunjungi daerah yang belum tersentuh dengan kemodern-an.