Senin, 13 Mei 2013

Penganggum Rahasia

Ketika hanya bisa melihatmu dari jauh,Kau dengan kaos abu-abu,celana jins biru,dan sepatu bergaya boots. Aku dengan kaos biru dongker berlapis blazer hitam modern,celana jins biru, dan sepatu flatshoes putih,saat terakhir aku melihatmu waktu itu ,walau bukan benar-benar yang terakhir. Melihatmu berjalan dan berbincang  gembira dengan teman-temanmu, dan aku hanya tersenyum sipu,memerah pipi ini.
Aku juga tak mengerti apa yang membuat ku mengaggumimu,mungkin karena ketampanan dan jiwa senimu yang begitu memikat.
Terimakasih sudah membuatku tersenyum gila,menjadi topik hangat untuk kubagi dengan teman-teman wanitaku, dan menjadi bagian fantasi dari lagu-lagu yang kudengarkan...Meski semuanya itu terasa menggantung

Selasa, 07 Mei 2013

Buntut Bali,KAlimantan Tengah-Kepariwisataan

Pada tulisan ini,saya akan membahas tentang suasana dan keadaan salah satu desa di KAlimantan Tengah yaitu Buntut Bali.
      Buntut BAli adalah sebuah desa kecil yang terletak di Kalimantan tengah yang untuk mencapai kesana kita harus naik getek(perahu kecil) dan melewati sungai KAtingan.Perjalanan di tempuh sekitar 1 jam setengah dari pelabuhan Kasongan. Waktu itu saya pergi kesana saat umur saya 9 tahun,ya sekitar kelas 4 SD. Itu pertama kalinya saya ke Pulau Kalimantan dan ke Desa Buntut BAli kampung halaman almarhum kakek saya. Perjalanan ke Buntut BAli menjadi perjalanan yang menyenangkan sekaligus menyeramkan. Karena pertama kalinya saya menaiki perahu kecil(getek) yang jarak dengan permukaan sungai sangat dekat sekali dan katanya banyak buaya di sungai itu hiiiii.... menyeramkan..tp untungya selama perjalanan tidak terjadi apa-apa :D. Setelah sampai, saya melihat banyak wanita baik ibu-ibu atau anak-anak yang memakai sesuatu bubuk putih di wajahnya,seperti masker. Ternyata itu adalah bedak dingin. Orang-orang di desa tersebut terbiasa menggunakannya untuk mendinginkan wajah mereka.
      Setelah itu saya diajak almarhum kakek saya juga keluarga yang lain untuk mengunjungi rumah saudara kakek saya dan menginap disitu selama 2 hari 1 malam. HAri pertama,Saya merasa sangat tidak nyaman,mungkin karena belum terbiasa tinggal di rumah panggung,mandi di tempat terbuka,dan penerangan rumah juga jalanan yang kurang memadahi.  Di hari itu kami hanya menghabiskan waktu berkumpul dengan saudara dari kakek saya yang tinggal di desa itu.Tapi di satu sisi itu adalah pengalaman yang seru.Lalu keesokan harinya saya diajak untuk berkeliling desa dan sempat melihat rumah-rumah kecil yang digantung dibeberapa tepi jalan di desa tersebut. Dan ternyataa...itu adalah tempat sesajen bagi para leluhur yang memang menjadi tradisi desa Buntut Bali hiii menyeramkan...Orang-orang di Buntut Bali memang masih menganut anim
isme,yaitu percaya pada nenek moyang. Dan memang beberapa keluarga dari kakek saya yang tinggal di desa Buntut Bali masih menganut kepercayaan tersebut. Dan tak lama setelah itu,siang menjelang sore kamipun kembali ke Kota PAlangkaraya ke rumah almarhum kakek saya. KAmi menghabiskan waktu sekitar 5 hari di KAlimantan lalu kembali ke Jakarta. Itu adalah penglaman yang seru mengunjungi daerah yang belum tersentuh dengan kemodern-an.




Rabu, 01 Mei 2013

Monumen Palagan Ambarawa (KEpariwisataan)

Monumen Palagan Ambarawa

Saat saya SMA kelas 2,sekolah saya mengadakan study tour ke beberapa wilayah di Jawa Tengah,salah satu destinasi kami adalah Monumen Palagan Ambarawa. Waktu itu saya dan rombongan menggunakan salah satu biro perjalanan untuk melaksanakan study tour ini,kami berkumpul pukul 07.00 WIB dan berangkat sekitar 1 jam berikutnya,dikarenakan harus mendata ulang seluruh siswa dan briefing. Study tour ini dilaksanakan 4 hari 3 malam. Monumen Palagan Ambarawa adalah destinasi kami di hari ke dua. Setelah hari pertama kami mengunjungi Dieng kami turun menuju AMbarawa(Monumen Palagan Ambarawa) di hari kedua. Monumen PAlagan Ambarawa adalah simbol pertempuran Palagan Ambarawa saat pemerintahan Jepang dan Belanda.Di tempat wisata ini juga terdapat museumnya yang berisi alat perang,kendaraan perang,dan seragam para pasukan Belanda dan Jepang. Saya terpukau melihat isi dari museum tersebut,serasa kembali ke jaman dahulu,dan senang bisa melihat bagaimana perlengkapan perang jaman Belanda dan JEpang dahulu. Tapi sayangnya Museum ini seperti tidak terurus , fasilitas kamar kecil bagi para wisatawan juga sudah tidak bagus dan rusak,dan didalam museumnya sendiri juga banyak debu-debu dikaca sehinnga museum tidak terlihat indah. Tapi bagaimanapun saya senang bisa melihat dan mengunjungi Museum Ambarawa dan mungkin pesan bagi pemerintah daerah untuk tetap menjaga dan merawat aset wisata Ambarawa ini.